Wednesday, February 28, 2007

RAHASIA WUDHU

RAHASIA WUDHU
Penulis : Supriyono

Pasal 1 : Hukum berwudhu
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya Pedoman Sholat edisi Lengkap, secara garis besar tata cara berwudhu, sbb :
1. Membaca basmalah di permulaan wudhu
2. Membasuh tangan hingga pergelangan di permulaan wudhu
3. Berkumur dan menghirup air ke hidung
4. Membasuh seluruh muka
5. Membasuh kedua tangan sampai ke siku
6. Menyapu kepala
7. Menyapu telingan luar dan dalam
8. Membasuh kaki
Hal tersebut diatas sesuai dengan :
* Al Qur’an Surat Al Maidah (5) ayat 6 : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu, tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki,....“.
* Hadits dari Ahmad : “Dari Humran Maula Utsman r.a menerangkan : „Bahwasanya Utsman membasuh kedua tangannya tiga kali. Sesudah itu beliau berkumur-kumur serta menghirupkan air ke hidungnya dang menghembuskannya tiga kali. Kemudian beliau membasuh mukanya tiga kali. Kemudian membasuh tangan kanannya hingga siku tiga kali dan tangan kirinya demikian juga. Kemudian beliau menyapu kepalanya. Kemudian beliau membasuh kaki kanannya hingga mata kakinya tiga kalidan kemudian kaki kirinya demikian juga. Setelah selesai beliau berkata : Aku telah melihat Rasulullah mengambil air wudhu sebagaimana yang aku perbuat sekarang“. (HR. Ahmad dan An Nasa-y, Bulughul Maram : 9).

Sunnah wudhu:
* Menggosok gigi (bersiwak) sebelum memulai wudhunya, karena Rasulullah bersabda : "Sekiranya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintah mere-ka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali akan berwudhu." [Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa' (70)]
* Mencuci kedua telapak tangan tiga kali sebelum berwudhu, kecuali jika setelah bangun tidur, maka hukumnya wajib mencucinya tiga kali sebelum berwudhu. Sebab, boleh jadi kedua tangannya telah menyentuh kotoran di waktu tidurnya sedangkan ia tidak merasakannya. Rasulullah bersabda: "Apabila seorang di antara kamu bangun tidur, maka hendaknya tidak mencelupkan kedua tangannya di dalam bejana air sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak me-ngetahui di mana tangannya berada (ketika ia tidur)." [Riwayat Muslim]
* Meng-hirup air dengan hidung, disunnatkan keras
* Mencelah-celahi jenggot jika tebal ketika membasuh muka.
* Mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat mencucinya, Rasulullah bersabda: "Celah-celahilah jari-jemari kamu". (Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 629)
* Mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat mencucinya, Rasulullah bersabda: "Celah-celahilah jari-jemari kamu". (Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 629)
* Mencuci anggota wudhu yang kanan terlebih dahulu sebelum mencuci anggota wudhu yang kiri.
(Disadur dari : http://www24.brinkster.com/sholatkita/ )

Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu:
* Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa air kecil atau- pun air besar.
* Keluar angin dari dubur (kentut).
* Hilang akalnya, baik karena gila, pingsan, mabuk atau karena tidur yang nyenyak hingga tidak menyadari apa yang keluar darinya. Adapun tidur ringan yang tidak menghilangkan perasaan, maka tidak membatalkan wudhu.
* Menyentuh kemaluan dengan tangan dengan syahwat, apakah yang disentuh tersebut kemaluan-nya sendiri atau milik orang lain, karena Rasulullah bersabda : "Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu". [Riwayat Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani]
* Memakan daging unta, Karena ketika Rasulullah ditanya : "Apakah kami harus berwudhu karena makan daging unta? Nabi menjawab : Ya." [Riwayat Muslim]. Begitu pula memakan usus, hati, babat atau sumsumnya adalah membatalkan wudhu, karena hal tersebut sama dengan dagingnya. Adapun air susu unta tidak membatalkan wudhu, karena Rasulullah pernah menyuruh suatu kaum minum air susu unta dan tidak menyuruh mereka berwudlu sesudahnya. [Muttafaq 'alaih]. Untuk lebih berhati-hati, maka sebaiknya berwudhu sesudah minum atau makan kuah daging unta.
(Disadur dari : http://www24.brinkster.com/sholatkita/ )

Hal-hal yang haram dilakukan oleh yang tidak berwudhu:
* Menyentuh mushaf Al-Qur'an, karena Rasulullah mengatakan di dalam suratnya yang beliau kirimkan kepada penduduk negeri Yaman: "Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an selain orang yang suci". [Riwayat Ad-Daruqutni dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa' (122)]
* Adapun membaca Al-Qur'an dengan tidak menyentuhnya, maka hal itu boleh dilakukan oleh orang yang berhadats kecil.
* Mengerjakan shalat, karena Rasulullah bersabda : "Allah tidak menerima shalat yang dilakukan tanpa wudhu". [Riwayat Muslim]. Boleh bagi orang yang tidak berwudhu melakukan sujud tilawah atau sujud syukur, karena keduanya bukan merupakan shalat, sekalipun lebih afdhalnya adalah berwudhu sebelum melakukan sujud.
* Melakukan thawaf di Ka’bah, karena Rasulullah telah bersabda : "Thawaf di Baitullah itu adalah shalat". [Riwayat Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al- Irwa' (121)]. Dan juga karena Nabi berwudhu terlebih dahulu sebelaum melakukan thawaf. [Muttafaq 'alaih]
(Disadur dari : http://www24.brinkster.com/sholatkita/ )

Kewajiban menyempurnakan wudhu :
1. Membasuh secara sempurna semua anggota wudhu
Dari Anas ibn Malik menerangkan : “Bahwasanya seorang laki-laki (Umar ibn Khathab) datang kepada Nabi sesudah berwudhu dan kelihatan ada sedikit yang tidak kena basuhan dibelakang kakinya sebesar kuku. Melihat itu Nabipun bersabda :”Kembali perbaiki wudhu-mu”. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ad Daraquthy, Al Muntaqa I : 102).
Dari Abdullah ibn Amr r.a berkata : “…..Dikala Rasulullah tiba, kamipun cepat-cepat berwudhu mengambil air wudhu dengan kami sapu saja kaki-kaki kami. Perbuatan kami ditegah Rasulullah SAW dengan seruannya : “Kecelakaan dari api neraka bagi segala tumit (yang tidak cukup terbasuk dua atau tiga kali)” . (HR. Al Bukhary dan Muslim, Al Muntaqa I : 101).
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, mengatakan bahwa Jumhur Ulama berpendapat bahwa segala anggota wudhu wajib dibasuh dengan secara lengkap. Tentang masalah “muwalat” (urutan tertib) para Ulama berselisih paham, tetapi menurut hadits diatas, maka wajib mengulangi dari awal wudhu bila kedapatan salah satu dari anggota wudhu yang tidak cukup lengkap terbasuh.
2. Mencukupkan bilangan membasuh anggota wudhu
* Dari Ibnu Abas r.a menerangkan : ‘Bahwasannya Nabi SAW berwudhu sekali-sekali ‘ (HR. Al Jamaah : selain dari Muslim, Al Muntaqa I : 103)
* Dari Abdullah ibn Zaid r.a menerangkan : ‘Bahwasannya Nabi SAW berwudhu dua kali-dua kali ‘ (HR. Ahmad dan Al Bukhary, Al Muntaqa I : 103)
* Dari Utsman ibn Affan r.a menerangkan : ‘Bahwasannya Nabi SAW berwudhu tiga kali-tiga kali ‘ (HR. Ahmad dan Muslim, Al Muntaqa I : 103)
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Nabi mengulang-ulangi cidukan air untuk menegaskan, tidak mesti kita harus meratai dengan cidukan air pertama. Jika telah cukup rata dengan yang pertama, maka sudah cukup. Jika tidak, kita ciduk lagi. Jika cidukan yang kedua tidak cukup, kita ciduk sekali lagi.
3. Mendahulukan membasuh anggota wudhu sebelah kanan
Dari Aisyah r.a ia berkata : “Rasulullah SAW suka mendahulukan sebelah kanannya di waktu memakai sepatu, bersisir, bersuci dan segala urusannya“ (HR. Al Bukhary dan Muslim, Al Muntaqa I : 102)
Dari Abu Hurairah r.a berkata : “Rasulullah SAW bersabda : “Apabila kamu memakai pakaian begitu pula apabila kamu berwudhu mulailah dengan sebelah kananmu” (HR. Ahmad dan Abu Daud, Al Muntaqa I : 103)
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Jumhur ulama sepakat dengan hal ini, mereka menyunahkan mendahulukan sebelah kanan atas sebelah kiri.
4. Berdzikir sesudah berwudhu
Dari Umar ibnu Khathhab r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seseorang dari kamu berwudhu kemudian menyempurnakannya dan sesudah berwudhu membaca : “ASYHADU ALLAA ILLAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH”, melainkan kepadanya dibukakan pintu surga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki” (HR. Ahmadm, Abu Daud dan At Turmudzy, Al Muntaqa I : 103)
Kata Ibnu Qayyim dalam Al Hadyun Nabawi : “Nabi SAW hanya dipermulaan wudhu membaca : Basmalah dan “ASYHADU ALLAA ILLAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKALAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH, ALLAAHUMMAJ’ALNI MITAT TAWWAABIINA WA’JALNI MINAL MUTA-THAHHIRIIN” diakhir wudhu.
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, lafal yang shahih bagi do’a ini, hanyalah seperti hadist tersebut diatas, adapun hadits yang menyatakan do’a dibaca dipertengahan wudhu adalah tidak berdasar.
5. Keutamaan berwudhu untuk tiap tiap shalat
Dari Abu Hurairah r.a berkata : “Rasulullah SAW bersabda : “ Sekiranya tidak menyukarkan umatku, tentu saya memerintahkan mereka mengambil wudhu untuk tiap-tiap shalat dan bersugi (bersiwak) ditiap-tiap wudhu ” (HR. Ahmad, Al Muntaqa I : 129)
Dari Anas ibn Malik r.a berkata : “Rasulullah SAW berwudhu di tiap-tiap sholat. Seorang bertanya kepada Anas : ‘Tuan, para sahabat bagaimana melakukannya ?’, Anas menjawab : ‘Kami sholat beberapa sholat dengan satu wudhu, selama kami berlum berhadas’ ”. (HR. Al Jamaah selain Muslim)
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, bahwa berwudhu untuk tiap-tiap sholat adalah yang paling disukai, sedangkan Nabi SAW tidak berwudhu bila belum batal wudhu-nya adalah untuk menyatakan kebolehannya.

Pasal 3 : Tata cara berwudhu

1. Niat dan membaca basmalah di permulaan wudhu
Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian membaca Basmalah.
Terjadi perbedaan pendapat dari para ulama tentang hukum membaca basmalah, menurut ulama Syafii’yah, ulama Hanafiyah, Rabiah dan Malik, serta An Nasa-y ibnu Khuzaimah dan Al bahihaqy bahwa membaca basmalah hukumnya sunnah, tapi menurut ulama yang lain hukumnya wajib (Ishaq, Ahluzh Zhahir, Al ’Itrah) dgn berpedoman pada beberapa hadist, diantaranya HR. Ibnu Majah, sbb :
Dari Sa’id ibn Zaid r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada sholat bagi orang-orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah untuk mengerjakannya“ (HR. Ibnu Majah, Al Muntaqa I ; 83, Sunan Ibnu Majah I : 58)
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, sebagai kehati-hatian, karena yang diperselisihkan itu antara wajib dan sunnat, maka lebih utama kita membaca basmalah sebelum wudhu.

2. Membasuh tangan hingga pergelangan di permulaan wudhu
Mencuci kedua telapak tanganJuga terjadi perbedaan pendapat dari para ulama tentang hukum membasuh tangan, menurut ulama Syafii’yah dan ulama Hanafiyah bahwa membasuh tangan hukumnya sunnah, tapi menurut ulama yang lain hukumnya wajib dengan berpedoman pada beberapa hadist, diantaranya HR. Ahmad dan An Nasa-y, sbb :
Dari Aus Ats Tsaqafy, berkata : “Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu, beliau mulai dengan membasuh telapak tangannya tiga kali “ (HR. Ahmad dan An Nasa-y, Al Muntaqa I : 85).

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, lebih utama membasuh kedua tangan dipermulaan wudhu.

3. Berkumur dan menghirup air ke hidung
* Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berkumur (madhmadhah) dan menghirup air ke hidung (istinsyaq), Malik Asy Syafi’y, Al Auzay, Al Laits, Al Hasanul Bishry dan segolongan ulama lain menetapkan bahwa berkumur adalah sunnah.
* Abu Hanifah dan Ashabnya, Ats Tsauri, Zaid ibn Ali dan Daud Azh Zhahir berpendapat sunnah untuk wudhu tapi wajib untuk mandi.
Mencuci hidungAhmad, Ishaq dan Abu Ubaid, Abu Tsaur, Ibnu Mundzir dan Al Hadi, Al Qasim dan Al Mu’ayyad Billah menetapkan bahwa berkumur dan menghirup air ke hidung wajib hukumnya pada wudhu, tidak pada mandi.
* Hammad ibn Sulaiman dan Abi Laila berpendapat bahwa seseorang yang lupa berkumur dan menghirup air ke hidung pada saat wudhu hendaklah dia mengulangi sholatnya dan kata Mujahid menghirup air ke hidung bagian dari wudhu

Maka Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, pendapat yang paling kuat adalah pendapat Ahmad, bahwa berkumur dan menghirup air ke hidung wajib hukumnya pada wudhu, tidak pada mandi, sebagaimana hadits berikut ini :
Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Apabila seseorang kamu berwudhu hendaklah dia memasukkan air ke hidungnya kemudian ia hembuskan“. (HR. Ahmad, Al Bukhary dan Muslim, Al Muntaqa I : 87).
Bila berpuasa maka menghirup air ke hidung hukumnya cukup pelan-pelan saja karena takut masuk ke tenggorokan, sebagaimana hadist berikut : "Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629)]

4. Membasuh seluruh muka
Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu, dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri. Sebagaimana hadist berikut :
* “Dari Abdur Rahman ibn Abi Laila berkata : “... saya melihat beliau membasuh mukanya tiga kali .....“ (HR. Abu Daud, Al Muharrar : 10)
* Dari Sumaih r.a berkata : “.... dan saya melihat Rasulullah SAW membasuh ujung matanya dengan ke sebelah hidung “ (HR. Ahmad Ath Thabrani, Al Muntaqa I : 93)

Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut, sebagaimana hadist berikut :“ Dari Utsman ibn Affan r.a menerangkan : “Bahwasannya Rasulullah SAW mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu”. (HR. At Turmudzy dan Ibnu Majah, Al Muntaqa I : 92)

5. Membasuh kedua tangan sampai ke siku
* Mencuci lengan sampai sikuMencuci kedua tangan sampai siku, karena Allah berfirman : "…dan kedua tanganmu hingga siku….". [Surah Al-Ma'idah : 6] dan Hadits dari Ahmad, sbb : “…..Kemudian membasuh tangan kanannya hingga siku tiga kali dan tangan kirinya demikian juga….. “. (HR. Ahmad dan An Nasa-y, Bulughul Maram : 9). (lihat gambar).
* Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, terjadi perbedaan pendapat diantara ulama yang mentafsirkan batasan siku, ada pendapat dibawah siku ada pendapat sampai melebihi siku, bahkan ada pendapat sampai ketiak. Namun Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy menegaskan bahwa : membasuh tangan dari ujung-ujung jari hingga melewati siku sedikit.

6. Menyapu kepala
Mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala. sebagaimana hadits berikut ini :
* Dari Ibnu Abas r.a berkata : “Saya melihat Rasulullah SAW berwudhu dengan menyapu kepalanya dan kedua telinganya sekali saja” (HR. Ahmad, Abu Daud, Al Muntaqa I : 97)
* Dari Abdullah ib Zaid r.a menerangkan : “Bahwasannya Rasulullah SAW menyapu kepalanya dengan kedua tangannya, dari muka ke belakang (dari ubun-ubun sampai ke kuduk), kemudian mengembalikan kedua tangannya dari kuduk ke tempat semula “ (HR. Al Jamaah, Al Muntaqa I : 95)
* Apabila memakai sorban dan sepatu, Al Mughirah ibn Syu’bah r.a menerangkan : “Bahwasannya Rasulullah SAW berwudhu, beliau menyapu ubun-ubunnya, dan lalu sorbannya, juga beliau menyapu atas kedua sepatunya “ (HR. Al Bukhary dan Muslim, Al Muntaqa I : 101).
* Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, berdasarkan beberapa hadits yang ada, bahwa Rasulullah SAW kadang-kadang menyapu seluruh kepalanya, kadang-kadang menyapu atas sorbannya saja, dan kadang-kadang menyapu ubu-ubun dan sorbannya. Tidak pernah Nabi mencukupkan hanya dengan menyapu sebagian kepala saja.

7. Menyapu telingan luar dan dalam
* Mencuci telingaDari Abdullah ibn Amr berkata : “….Kemudian saya melihat Nabi menyapu kepalanya dan memasukkan anak jarinya dalam lipatan daun telinga lalu mengusap dengan kedua ibu jarinya, belakang telinga, ….” (HR. Abu daud dan An Nasa-y, Bulughul Maram : 9).

* Dari Miqdam ibn Ma’di Kariba r.a berkata : “Nabi menyapu kepalanya dan dua telinganya. Beliau memasukkan anak jarinya dalam lipatan telinganya “ (HR. Ahmad, Al Muntaqa I : 120).

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ada hadits yang menyatakan bahwa Nabi SAW mengambil air yang baru untuk menyapu telinga adalah karena tangannya telah terlalu kering untuk mengusap, sedang Al Bukhary menegaskan bahwa mengambil air lain untuk menyapu telinga adalah menyalahi Sunnah Nabi SAW. Dan tentang hukum menyapu telinga, Ishaq dan Ahmad ibn Hanbal menghukumi wajib, sementara ulama yang lain tidak mewajibkan, sebagaimana Al Qur’an hanya menyatakan : “…Sapulah kepalamu, …” (QS. Al Maidah : 6)

8. Membasuh kaki
* Al Qur’an Surat Al Maidah (5) ayat 6 : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, maka basuhlah wajahmu, tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kaki,....“.
* Mencuci kaki sampai mata kaki“Dari Humran Maula Utsman r.a menerangkan : ”....Kemudian beliau membasuh kaki kanannya hingga mata kakinya tiga kalidan kemudian kaki kirinya demikian juga. ….“. (HR. Ahmad dan An Nasa-y, Bulughul Maram : 9).
* Dari Abdullah ibn Amr r.a berkata : “…..Dikala Rasulullah tiba, kamipun cepat-cepat berwudhu mengambil air wudhu dengan kami sapu saja kaki-kaki kami. Perbuatan kami ditegah Rasulullah SAW dengan seruannya : “Kecelakaan dari api neraka bagi segala tumit (yang tidak cukup terbasuk dua atau tiga kali)” (HR. Al Bukhary dan Muslim, Al Muntaqa I : 101).

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Bahwa praktek dari Rsulullah dan para sahabat, bahwa fardunya kaki dibasuh bila terbuka dan disapu kalau tertutup (pakai sepatu).

Pasal 4 : Manfaat Wudhu

Sub-pasal 1 : Manfaat Wudhu dari segi kesehatan

1. Membasuh tangan
Menurut Abu Sangkan, membasuh tangan dengan air yang mengalir lembut dengan suhu dingin memberikan rasa segar dan menenangkan pikiran, apalagi disaat tubuh terasa penat dan suhu badan meninggi.
Membasuh tangan adalah awal dari pembersihan tubuh, karena tangan adalah bagian tubuh yang paling sering terkena kotoran dan anggota tubuh yang digunakan untuk makan.

2. Mencuci mulut (berkumur atau gosok gigi)
Mulut adalah anngota tubuh yang paling penting untuk dibersihkan, karena sisa-sisa makanan sering tertinggal dalam ronggo mulut terutama gigi. Selain membersihkan sisa-sisa makanan, mencuci mulut bisa mengghilangkan bau mulut, baik karena sisa-sisa makanan yang tertinggal maupun pengaruh bau dari makanan yang dimakan (misal : bau jengkol).
Menurut Abu Sangkan, Rasulullah sangat memperhatikan kebersihan mulut, sebagaimana hadits dari Abu Hurairah r.a , Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya tidak (takut) memberatkan umatku, maka saya memerintahkan mereka (untuk membersihkan gigi mereka) dengan siwak setiap akan sholat” (HR. Muslim)

3. Mencuci lubang hidung
Bulu-bulu dan kelenjar dalam lubang hidung berfungsi untuk menyaring udara pernafasan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Menurut Abu Sangkan, dengan membersihkan lubang hidung sesering mungkin dapat mengilangkan kotoran-kotoran tersebut, hidung menjadi bersih dan pernafasan akan lancar.

4. Membasuh wajah
Wajah adalah anggota tubuh yang terbuka dan sering terkena kotoran / debu, maka mencuci wajah adalah bagian yang penting untuk dibersihkan.

5. Membasuh tangan sampai siku
Membasuh tangan sampai siku adalah kelanjutan dari membasuh tangan (jari-jari) karena anggota tubuh ini banyak digunakan tidak hanya pada jari-jari tapi sampai pada siku. Batasan siku karena anggota tubuh ini sering terbuka, terutama pada laki-laki. Menurut Abu Sangkan, Smedley (seorang ahli hydroteraphy) mengatakan bahwa mandi tangan dan siku ini sangat bermanfaaat untuk mengatasi pembengkakan di daerah tangan dan baku, disamping akan memulihkan fisik yang kelelahan.

6. Membasuh kepala
Menurut Abu Sangkan, membasuh kepala baik untuk menurunkan ketegangan-ketegangan pada kepala dan berfungsi juga untuk menurunkan suhu badan. Apabila ini dilakukan dengan sempurna dan diniatkan untuk menterapi pikiran, maka membasuh kepala sangat baik untuk menghindari penyakit stress dan tekanan darah tinggi, serta melancarkan aliran darah ke otak dan berfungsi sebagai “tonik” yang kuat terhadap pusat-pusat syaraf, karena otak mengatur suhu badan, tekanan darah, keseimbangan kadar kimiawi oksigen dan oksida karbon dalam darah, serta kadar berbagai zat kimia yang dikirim keseluruh tubuh.

7. Membasuh telinga
Membasuh telinga dapat menghilangkan atau menurunkan ketegangan, disamping membasuh kepala, buktinya kalau kita sedang marah maka terasa kedua telinga kita menjadi panas, bahkan terlihat memerah. Pembasuhan tersebut lebih baik bila dilakukan bersamaan dengan memijit-mijit. Menurut Abu Sangkan, telinga banyak terdapat titik-titik akupuntur, syaraf-syaraf yang berhubungan dengan organ-organ lainnya dapat dibangkitkan sehingga aliran darah yang tersumbat akan kembali lancer, pijatan di telinga dapat juga menurunkan emosi.
Menurut Prof. Hembing, telinga terdiri dari dua satuan fungsional, yaitu sebagai alat pendengaran dan sebagai bagian dari sisstem keeimbangan tubuh. Dengan membersihkan telinga setiap saat, akan menghasilkan rasa lebih sensitive terhadap getaran suara yang ditangkap oleh sel-sel gelombang pada frekwensi 20.000 ~ 30.000 hertz akan tertangkap dengan baik, tetapi hal ini sulit dilakukan jika jiwa tidak tenang. Hanya dengan melatih jiwa berdzikir kepada Allah-lah kehalusan rasa kita akan tercapai.

8. Membasuh kaki
Menurut Abu Sangkan, membasuh kaki berfungsi untuk melancarkan aliran darah dan berfungsi untuk menguatkan kaki, serta mempunyai efek yang menenangkan dan membuat tidur menjadi nyenyak.

Sub-pasal 2 : Manfaat Wudhu dari segi bathin

1. Mencuci tangan (jari-jari sampai siku)
Tangan adalah symbol dari perbuatan kita, karena tanganlah kitalah yang menentukan perbuatan baik-buruknya perbuatan, maka dari segi bathin membasuh tangan akan mencuci dosa-dosa atas perbuatan tangan kita, mungkin kita sering :
menyalahkan seseorang dengan telunjuk kita,
memukul seseorang dengan tangan kita,
mencuri atau korupsi dengan tangan kita, atau
menentukan “nasib“ seseorang dengan membuat keputusan dengan tanda tangan kita atau dengan laporan yang kita buat.
Sadarkah bila tangan kita banyak membuat dosa ?
Pantaskah kita menghadap kepada Al Qodiru (Yang Maha Kuasa) dgn tangan berlumuran dosa ?
Maka berdo’alah saat membasuh tangan, memohon kepada Al Ghofuru (Allah Yang Maha Pengampun) supaya mengampuni tangan kita.
Dipahami oleh ahli sufi, ahli tasawuf, oleh ahli hikmah, bahwa perbuatan kita yang menggunakan kedua belah tangan itu, mestilah tindakan yang sesuai dengan perintah Allah dan menjuhui laranganNya. Bahwa kedua belah tangan itu hanya dipakai untuk melakukan perbuatan yang baik-baik saja. Maka bila secara lahiriyah tangan sudah dibasuh, tetapi dalam tindakan sehari-harinya masih saja mencuri, korupsi, dll dengan menggunakan kedua belah tangannya untuk perbuatan maksiat, maka dikatakan bahwa orang itu belum berWUDHU.
Mengapa mencuci telapak tangan dilakukan diawal wudhu ?
Telapak tangan adalah pintu untuk melepaskan energi dari dalam tubuh kita, maka menggosok-gosokkan jari-jemari saat mencuci telapak adalah membuka pintu energi tubuh, dimana telapak tangan ini nantinya digunakan untuk membasuh seluruh anggota wudhu. Oleh sebab itulah mencuci telapak tangan harus dilakukan di awal wudhu.
Tentang tata cara mencuci telapak tangan untuk membuka energi dari dalam tubuh dan rahasia apa yang terkandung dalam telapak tangan, Insya Allah akan dibahas kemudian dlam topik tersendiri.

2. Mencuci mulut
Mulut adalah simbol dari kearifan seseorang, orang arif adalah orang yang pembicaraan selalu membawa kebenaran, lemah-lembut dan santun, namun kita sering membuat dosa dengan mulut kita, misalnya : memfitnah, mengunjing, mencela, dll. Maka berkumurlah dan berdo’alah supaya Al Ghofuru membersihkan dosa-dosa akibat mulut kita.
Makna tersirat atau arti maknawiyah dari perintah berkumur ini adalah mulut kita, mestilah digunakan untuk menjalankan perintah Allah saja dan bukan untuk yang lainnya. Seandainya seseorang itu sudah berwudhu secara lahiriyah dengan cara berkumur, tetapi bicaranya masih suka memfitnah, menggunjing, membuka aib orang lain, mengumpat, dll, maka menurut padangan ahli hikmah, orang tersebut belum dikatakan BERWUDHU.

3. Mencuci lubang hidung
Hidung adalah jalan nafas, nafas adalah inti kehidupan, maka hidung juga menentukan kehidupan, maka mestilah hidung juga dibersihkan dari dosa-dosa. Menurut Abu Sangkan, bahwa Rasulullah SAW menerangkan bahwa setan bermalam di lubang hidung. Maka berdo’alah saat membasuh lubang, memohon kepada Al Ghofuru agar dibersihkan dari hawa yang selalu mengajak kepada perbuatan dosa, yang dihembuskan oleh setan.

4. Membasuh wajah
Anggota wajah yang paling penting adalah mata, karena mata sangat mentukan keindahan wajah, namun mata adalah sumber dari perbuatan dosa. Maka membasuh muka hakikatnya adalah membersihkan dosa-dosa yang dilakukan oleh mata dan mencerahkan wajah dengan “nur Illahi“ yang berasal dari air wudhu, yang tentunya telah dilambari dengan do’a. Maka berdo’alah saat membasuh wajah, memohon kepada Al Ghofuru supaya mengampuni wajah kita dan mencerahkan wajah, membuat cantik dari dalam (inner beauty) sehingga menyenangkan ketika dipandang dan menentramkan hati siapa saja yang melihatnya.
Apabila Pandangan atau muka kita masih saja kita pergunakan untuk hal-hal yang maksiat, untuk melihat yang dilarang oleh Allah, maka menurut ahli hikmah, berarti orang yang seperti itu masih dikatakan belum berWUDHU.

5. Membasuh kepala
Otak adalah organ tubuh paling penting pada kepala, maka membasuh sebagian dari anggota kepala hakikatnya adalah mencuci otak dari dosa-dosa yang telah dilakukan oleh otak, dari hal-hal yang dipikirkan oleh otak. Maka berdo’alah saat membasuh kepala, memohon kepada Al Ghofuru supaya mengampuni kepala kita.

Apabila pikiran kita masih dipenuhi pikiran-pikiran kotor, pikiran-pikiran untuk menipu orang, masih kita pergunakan untuk maksiat pada Allah, maka menurut ahli hikmah kita masih dikatakan belum berWUDHU.

6. Membasuh telinga
Telinga juga merupakan anggota tubuh yang penting setelah mata, semau informasi yang diterima otak mayoritas berasal dari mata kemudian telinga, maka telinga juga mempunyai potensi yang besar untuk berbuat dosa, sebagai contoh yang kecil saja, mendengarkan orang menggunjing (meski tidak ikut serta dalam pergunjingan tersbut), telinga telah berbuat dosa. Maka berdo’alah saat membasuh kedua telinga, memohon kepada Al Ghofuru supaya mengampuni telinga kita.
Apabila telinga digunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh ajaran agama, untuk maksiat pada Allah, maka menurut ahli hikmah kita juga dikatakan belum berWUDHU.

7. Membasuh kaki
Kaki adalah anggota tubuh yang berfungsi menggerakan tubuh, membawa kemanapun tubuh, baik ketempat beribadah maupun ketempat maksiat. Dengan demikian kaki merupakan anggota tubuh yang mempunyai potensi membuat dosa. Maka berdo’alah saat membasuh kedua kaki, memohon kepada Al Ghofuru supaya mengampuni kaki kita dan memohon supaya kaki selalu melangkah (sepak terjang) ke tempat-tempat yang diridhoi Allah SWT.
Apabila kaki-kaki kita, masih kita pergunakan untuk pergi ke tempat-tempat maksiat pada Allah, maka menurut ahli hikmah dikatakan bahwa kita belum berWUDHU.

Sub-pasal 3 : Praktek wudhu lahir dan wudhu bathin

Praktek wudhu lahir dan wudhu bathin dapat kita ambil contoh kisah ahli ibadah yang bernama Isam bin Yusuf (yang banyak kita temui dalam tulisan-tulisan tentang sufi dan hakekat), sbb :
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk solatnya. Namun dia selalu khuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.
Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam,
Isam bertanya : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?"
Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu' zahir dan batin."
Isam bertanya : "Bagaimana wudhu' zahir dan batin itu?"
Hatim berkata : "Wudhu' zahir sebagaimana biasa, iaitu membasuh semua anggota wudhu' dengan air. Sementara wudhu' batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
1. bertaubat 2. menyesali dosa yang dilakukan 3. tidak tergila-gilakan dunia 4. tidak mencari / mengharap pujian orang (riya') 5. tinggalkan sifat berbangga 6. tinggalkan sifat khianat dan menipu 7. meninggalkan sifat dengki
Seterusnya Hatim berkata : "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian 'Sirratul Mustaqim' dan aku menganggap bahwa solatku kali ini adalah solat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam solat kufaham maknanya, kemudian aku ruku' dan sujud dengan tawadhu', aku bertasyahhud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun."
Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.
(disadur dari : http://www.tawakal.or.id)

Sub-pasal 3 : Mengapa 5 (lima) dari 7 (tujuh) anggota wudhu ada di kepala ?

Kepala adalah bagian dari anggota tubuh yang paling penting, meskipun ukurannya kecil,
Kepala adalah penentu martabat seseorang,
ia dikatakan ganteng atau cantik, kalau wajahnya indah dilihat, menyenangkan bila dipandang,
ia dikatakan pandai, kalau memiliki otak yang cerdas,
ia dikatakan arif dan bijaksana, kalau tutur kata dari mulutnya lemah-lembut dan santun, mau mendengarkan pendapat dan petuah (nasehat) dari orang lain, serta setiap hembusan nafasnya (hidung dan mulut) diisi dengan dzikir dan memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan oleh anggota tubuh lainnya.
Namun demikian ke lima anggota wudhu tersebut paling besar potensi untuk membuat dosa meskipun dengan kadar dosa yang kecil, karena anggota tersebut paling banyak berhubungan dengan orang lain, maka kepala mempunyai potensi yang besar untuk berbuat dosa, dan sewajarnyalah kepala mendapat porsi (bagian) yang paling banyak untuk dibersihkan saat wudhu.

Pasal 5 : Penutup

Ingatlah,"Laa syari`ati fii haqiqoti batila, Laa haqiqoti fii syari` ati atilla". Maka apabila kita sudah melaksanakan wudhu secara lahiriyah, tetapi secara hakekat belum, maka itulah yang disebut "atilla" atau kosong, tidak ada bekasnya, tidak ada atsarnya, karena syarat sahnya sholat adalah wudhu terlebih dahulu, maka bila wudhu-nya belum sah berarti sholat-nya pun belum sah dengan asumsi ia belum memahami hakekat wudhu maka ia pun belum memahami hakekat sholat.

Maka wudhu adalah kuncinya sholat, dan kunci sholat adalah memahami hakekat sholat yang kelak akan muncul dalam perilaku pe-sholat sehari-hari. Maka perilaku sholat itulah yang dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, sebagaimana QS. Al Ankabut ayat 45. Maha suci Allah yang telah menurunkan kesempurnaan Islam.

Sebagai penutup, Penulis memfasiatkan pada diri sendiri dan para pembaca, Marilah kita perbaiki lagi wudhu kita dan kita maknai setiap basuhan air wudhu, sehingga dapat menyempurnakan sholat kita. Insya Allah.

Bila dalam tulisan ini terdapat kebenaran, maka sesungguhnya itu datangnya dari Al Haqu (Allah Yang Maha Benar) dan bila dalam tulisan ini terdapat kesalah, maka kesalahan itu ada dalam diri Penulis untuk itu Yaa Al Ghofuru (Allah Yang Maha Pengampung) maafkan kesalah hamba-Mu dan ampunilah dosa-dosa hamba-Mu yang masih bergelimangan dosa, Yaa Allah.

"Yaa Allah, jangan Engkau biarkan tangan dan fikiranku menulis walau satu katapu kecuali dengan dengan kebenaran yang datangnya hanya dari Engkau,
Yaa Allah, hambamu yang bodoh ini tentunya tidak akan bisa menulis tanpa ilmu yang engkau berikan, maka berikanlah ilmu itu kepadaku"